6 Juli 2020

Standar Mapan Untuk Menikah


Banyak lelaki yang mengatakan siap untuk menikah, tetapi sambil diiringi dengan keluhan bahwa ia belum memiliki penghasilan. ia menyakini. tak apalah, bukannya nanti setelah menikah akan membuka pintu rezeki? nanti juga dikasih sama Allah. Santai aja.

Bukannya bermaksud meragukan keyakinanmu pada Allah, tapi maaf itu artinya kamu belum sepenuhnya siap untuk menikah. karena jika kamu benar - benar siap untuk menikah, sebisa mungkin kamu akan berusaha untuk menjemput rezeki yang telah Allah tetapkan kepada mu.

Iya, Menikah akan membuka pintu rezeki. tapi sebelumnya, sudah kamu pengang belum kuncinya? siapkan dulu kuncinya dari sekarang, kunci itu yang akan menunjukan ketangguhan diri kamu dalam memimpin rumah tangga nantinya.

Banyak lelaki yang mengatakan siap untuk menghalalkan kekasihnya, tapi kerjanya masih males - malesan, maunya cari yang instan, hingga terbesit untuk mencari pekerjaan yang haram.
wah, itu sih tindakan yang sangat salah, jelas bukan ciri lelaki yang siap untuk membangun rumah tangga.

Atau jangan - jangan hanya hawa nafsu saja? karena yang siap untuk menikah akan paham, bahwa ia sepenuhnya akan bertanggung jawab atas keberkahan rezeki yang ia dapatkan untuk keluarganya kelak.

Itulah yang sebenarnya memperlihatkan kehormatan diri sebagai seorang suami. sejauh mana ia mampu memberikan nafkah kepada keluarganya, dengan cara yang halal, dengan memperjuangkan yang ia lakukan dengan penuh keikhlasan.

Jadi, bagaimana sih definisi mapan yang sesungguhnya? karena ternyata, definisi mapan memiliki standar yang berbeda - beda antara satu dengan yang lainnya. ada yang merasa mapan ketika ia sudah punya rumah, tabungan, atau kendaraan pribadi. namun ada pula yang merasa sudah mapan ketika ia telah mampu memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri. sekalipun ia belum memiliki rumah, mobil, atau tabungan yang melimpah.

Dan jika bicara tentang kemapanan, kita akan langsung terngiang - ngiang dengan sejumlah materi, padahal ukuran mapan tidak hanya soal materi. apa jadinya seseorang yang mapan dari segi keuangan namun ternyata ia tidak mapan dalam mengatur emosinya sendiri?

Apa jadinya seseorang yang mapan dengan stok harta melimpah, namun ternyata ia tidak mapan dalam membina keluarganya agar tetap utuh dan harmonis?

Pastikan dirimu memahami, bahwa tanggung jawabmu sebagai seorang suami akan berpengaruh terhadap kesejahteraan kehidupan istri dan anak-anakmu kelak. serta ingatlah selalu bahwa keberkahan dalam rumah tanggamu berawal dari pemberian nafkah yang halal.





Share:

15 komentar:

  1. Benar juga ya, kadang ada teman yang bilang, sudah menikah dulu, nanti rejeki juga datang. Insya Allah datang sih cuma kita harus cari.

    Persoalan ekonomi memang salah satu hal penting dalam rumah tangga. Cinta itu penting tapi mempertahankan cinta itu juga tak kalah penting, dan salah satu faktor agar bisa bertahan ya harus siap ekonomi juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaa mas, intinya sih kita harus berusaha dulu mencari rezeki yang telah ditetapkan. urusan besar atau kecilnya bukan jadi sebuah tolak ukur. yang penting berkah dan halal

      Hapus
  2. Iya sih, gak sekedar asal siap aja, harus siap lahir batin, batin aja yg siap tpi kalo lahir alias nganggur ya mau jadi apa, gak cukup makan cinta aja, boonk itu mah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha iyaa, jaman sekarang mah mending realistis aja. karena salah satu keutuhan rumah tangga itu faktor ekonomi juga sih.

      Hapus
  3. Buat jaman sekarang yang apaun serba mahal, nasehat jaman dulu 'yang penting nikah dulu,ekonomi akan menyusul' sepertinya sudah tidak berlaku.

    Kedua pasangan harus betul mapan mental & dana sebelum menikah, terutama persiapan beaya anak sekolah nantinya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. setuju banget mas, hal seperti itu harus difikirin secara mateng", mental maupun dana sebelum menikah

      Hapus
  4. Setuju banget dengan paragraph kedua. Banyak orang salah menyikapi "rezeki dari Tuhan" dan "menikah membuka pintu rezeki"

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaa nih, kalau hanya menunggu saja tanpa menjemput akan menjadi hal yang sia - sia .

      Hapus
  5. yang penting mau berusaha keras apapun kondisinya
    kalau nunggu sampai standar tertentu ya sulit
    paling asyik sebenarnya memulai dari nol
    jadi tau rasanya perjuangan

    BalasHapus
    Balasan
    1. setuju juga mas, yang penting itu tanggu jawabnya sebagai seorang pria dalam mencari rezeki, urusan besar atau kecil itu bukan perkara.

      emang paling enak sih kalo berjuang dari bawah dengan pasangan hehehe

      Hapus
  6. salam berkunjung dari Malaysia :) follow disini ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam juga buat kawan - kawan di Malaysia sana :)

      Hapus
  7. Asyik dapat tausiah pagi, trims atas insightnya mas
    Bemar untuk menuju ke jenjang ya g lebih serius dibutuhkan suatu balancing antara mapan segi emotional dengan kemampuan mencukupkan riski, jangan njomplamg pada satu sisi tok
    Insyaalloh kalau niatnya baik akan dimudahkan, tapi tetep dengan jalan yang berkah dan halal hehe

    BalasHapus
  8. Masyaallooh mas renal, aku setuju sekali dengan tulisan ini. Setiap pria memang memiliki standar mapannya masing2. Saya sbg wanita tidak selalu memandang mapan berpatok pada materi, tapi dari segi tanggung jawab dan kesetiaannya

    BalasHapus

Syarat Berkomentar :

1. Berkomentar dengan bahasa yang Sopan
2. Berkomentar sesuai posting
3. Dilarang menyertakan link aktif, dsb

Author

Renaldi Ardiansyah
Hanya seorang Anak Muda yang tidak mahir berbicara, Namun berusaha Bersuara melalui Tulisan... 

Arsip Blog

Label

Absurd (3) Coretan (20) Curhatan Cowok (19) Info (4) Opini (4) Pengalaman (3) Unik (1)

Part Of

Warung Blogger
Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © Renals Daily | ThemePacific