30 Juli 2018

One Step For Loving

Perihal kagum, aku rasa kau tahu betul bagaimana caranya agar orang biasa seperti aku bisa begitu tertarik melihatmu. Dari caramu berpakaian misalnya, atau dari caramu berjalan, seperti rasanya aku begitu ingin mengenal kamu lebih dalam, dan sialnya, aku terus memperhatikan setiap detail bagian-bagian penting di dirimu. Dari ujung rambut, sampai ujung flat shoes yang kamu kenakan, aku terus melihat, terus-menerus terkagum sampai kau menghilang dari sudut pandang penglihatan.

Lebih dari itu, mungkin aku kagum karena kamu begitu terlihat sederhana. Pakaian yang tak terlalu mewah dan terlihat elegan itu sangat cocok untukmu, tinggi badanmu pun mendukung agar kau terlihat lebih idealis, nampaknya kamu mempunyai visi di dalam hidup, mempunyai beberapa target yang kamu kejar beberapa tahun lagi. Dan semua itu sungguh memantulkan cahaya seperti sinar matahari namun lebih lembut, yang membuat bola mata ini selalu tertuju pada satu objek, dan itu adalah kamu.

Kamu cantik. Memang, tapi apa cantik saja cukup untuk membuat orang tertarik?
Nampaknya tidak. Mungkin benar kalau cantik akan membuat orang mudah tertarik dan ingin mengenal, tapi cantik tanpa kepribadian unik akan membuat cantik itu terasa murah, sama seperti es teh tanpa gula di rumah makan sederhana. Dan dalam hal ini, kamu seperti es teh yang sudah diberi gula. Paket komplit dengan semua rasa manis di dalamnya.

Aku tak ingin bilang kalau di sini, aku telah jatuh cinta. Tidak, aku tak akan bilang. Kata kerja itu menurutku terlalu cepat untuk disebutkan. Dan setahuku, untuk jatuh cinta kita butuh benar-benar mengenal sosok pribadi orang tersebut. Sedangkan aku di sini belum mengenalmu. Aku hanya tertarik ketika melihat kau sedang berjalan, entah itu sendirian atau bersama teman-teman. Aku rasa kau memiliki magnet, atau mungkin mantra yang membuat semua mata seketika mengarah padamu. Atau mungkin hanya aku saja yang begitu tertarik padamu?
Hm.. sayangnya, kau tak pernah tahu akan semua itu, benar bukan? Kamu tak kenal aku, bahkan mungkin kau tak menyadari keberadaanku yang terus-menerus tak berhenti memikirkanmu.

Aku hanya seorang pengagum yang memilih untuk tak bertindak lebih jauh. Bisa saja mungkin aku mengajakmu berkenalan, atau menyapamu saat sedang berpapasan. Namun aku tak punya nyali lebih untuk melakukan tindakan seperti layaknya jagoan. Kau boleh menyebut aku pengecut, atau memanggil aku penakut. Boleh karena memang kau benar jika berkata demikian. Aku memang pengecut dan penakut, tapi aku memiliki alasan mengapa bisa aku seperti itu. Alasan yang bukan bentuk dari sebuah pembelaan saja, namun lebih pada alasan yang terungkap karena memang itu nyata adanya.

Jika boleh jujur, aku takut.
Bisa jadi ketika aku mengajakmu berkenalan, kamu menolaknya, seketika kamu berubah tak seperti yang aku pikirkan. Aku takut jika aku tahu ada sisi buruk di dalam dirimu. Aku mengenalimu sebagai pribadi yang baik, dan aku tak mau jika sisi buruk yang dimiliki setiap manusia itu mulai muncul. Aku takut kalau kamu ternyata bukan orang baik, dan aku bisa saja tak kagum lagi padamu karena hal itu.

Aku juga takut kalau nanti aku tahu kamu ternyata tak sebaik yang kukira. Mungkin penampilanmu bisa saja menipu, bisa seketika membuatku terasa dirayu. Terlebih lagi kau memiliki mata yang bersinar, sikap yang lugu, dan tingkah yang lucu ketika kamu sedang tertawa, untuk kemudian membuat aku ikut tertawa saat asik memperhatikanmu. Jujur, aku takut kehilangan semua itu.

Aku takut apabila kau tahu tentang apa yang aku rasakan, lalu mungkin kau akan melarang, dan menyuruhku membuang semua perasaan yang ingin sekali berkembang, dengan alasan, kamu sudah dimilik orang. Aku takut kalau aku tahu kamu sudah dimiliki, dan kamu sudah mencintai seseorang. Aku takut tak ada alasan lagi aku berharap bisa mengenalmu.

Jika kau berkenan, aku akan jabarkan beberapa hal yang aku kagumi.

Mata, mungkin kau sudah tahu alasannya karena pasti bukan aku saja yang bilang akan hal ini. Matamu seperti awan putih di angkasa, cerah..

Kemudian bibir. Aku sangat suka akan hal itu. Bukan aku ingin mencium, tidak demikian. Tapi melainkan bibirmu saat sedang tersenyum, itu bisa seketika menjadi obat penenang hati. Walau kau tak tersenyum padaku, namun aku jadi paham bahwa sebuah senyuman, ternyata bisa meredakan kekesalan.

Yang terakhir, adalah suara. Dalam hal ini, aku begitu suka mendengarmu berbicara. Walau hanya mendengar kau berbicara ke temanmu sambil berjalan, itu membuatku merasa kalau kamu memiliki karakter, sense of belonging untuk bisa selalu bahagia.

Apabila mengikuti kata Sheila On 7, sekiranya itu adalah anugerah terindah yang pernah kau miliki. Anugerah yang bisa membuat orang biasa-biasa saja sepertiku begitu kagum.

Untuk, seorang yang berada disana
Semoga kau tak pernah kehilangan hal itu.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Syarat Berkomentar :

1. Berkomentar dengan bahasa yang Sopan
2. Berkomentar sesuai posting
3. Dilarang menyertakan link aktif, dsb

Author

Renaldi Ardiansyah
Hanya seorang Anak Muda yang tidak mahir berbicara, Namun berusaha Bersuara melalui Tulisan... 

Arsip Blog

Label

Absurd (3) Coretan (20) Curhatan Cowok (19) Info (4) Opini (4) Pengalaman (3) Unik (1)

Part Of

Warung Blogger
Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © Renals Daily | ThemePacific