Pernah tidak, kamu dekat sekali dengan seseorang hingga kamu tak kuasa untuk memilikinya?
Seperti aku yang terus menatapmu tanpa tahu apa yang mendekam dalam matamu. Aku selalu menemuimu tanpa perlu memberikan hadirku di tempatmu berada. Aku mendengarmu tanpa perlu aba-aba, begitu saja, seolah itu adalah kewajibanku.
Pada titik itu, aku dan kamu melakukan hal yang sama, berulang-ulang, berdua. Aku tidak keberatan mendengar cerita yang sudah kuhapal luar kepala, aku tahu apa yang membuatmu merasa sedih juga bahagia. Aku tahu segalanya. Aku mulai menumbuhkan rasa.
Namun, rasa adalah sesuatu yang sangat berbahaya. Di satu sisi, aku begitu ingin kamu tahu apa yang kurasakan, tapi di sisi lain perasaanku mengatakan lebih baik jika kamu tak tahu. Otak dan hatiku tak pernah bisa sejalan. Membuatku terseret ke dalam pusaran kebingungan yang ada. Harus bagaimana aku?
Langkahku tahu-tahu terhenti. Kesakitan ini bertambah pahit. Setengah mati aku melawan badai yang memorakporandakan benteng pertahananku. Tapi kamu selalu membiarkanku menyentuh hatimu dengan sejuta harapan dan pesimisme. Kamu tahu tidak, aku terus menahan rasa di saat kamu selalu di dekatku?
Aku tidak ingin memilikimu, juga tidak ingin kehilanganmu. Mengertikah kamu akan sebentuk perasaan ini? Bisakah kita tetap berada dalam kondisi yang seperti ini saja? Hingga tidak perlulah kita korbankan apa yang telah kita susun. Cukup siapkan satu ruang khusus untukku, yang kauasingkan, yang sengaja kaupisahkan dari duniamu, untuk kita berdua bertemu di sana.
Pada titik itu, aku dan kamu melakukan hal yang sama, berulang-ulang, berdua. Aku tidak keberatan mendengar cerita yang sudah kuhapal luar kepala, aku tahu apa yang membuatmu merasa sedih juga bahagia. Aku tahu segalanya. Aku mulai menumbuhkan rasa.
Namun, rasa adalah sesuatu yang sangat berbahaya. Di satu sisi, aku begitu ingin kamu tahu apa yang kurasakan, tapi di sisi lain perasaanku mengatakan lebih baik jika kamu tak tahu. Otak dan hatiku tak pernah bisa sejalan. Membuatku terseret ke dalam pusaran kebingungan yang ada. Harus bagaimana aku?
Langkahku tahu-tahu terhenti. Kesakitan ini bertambah pahit. Setengah mati aku melawan badai yang memorakporandakan benteng pertahananku. Tapi kamu selalu membiarkanku menyentuh hatimu dengan sejuta harapan dan pesimisme. Kamu tahu tidak, aku terus menahan rasa di saat kamu selalu di dekatku?
Aku tidak ingin memilikimu, juga tidak ingin kehilanganmu. Mengertikah kamu akan sebentuk perasaan ini? Bisakah kita tetap berada dalam kondisi yang seperti ini saja? Hingga tidak perlulah kita korbankan apa yang telah kita susun. Cukup siapkan satu ruang khusus untukku, yang kauasingkan, yang sengaja kaupisahkan dari duniamu, untuk kita berdua bertemu di sana.
Kita tahu, juga sama-sama tidak tahu. Pengetahuan kita membuat kita mempunyai hubungan yang ekslusif yang hanya kita berdua yang tahu. Aku tidak perlu lagi mencari tahu apa arti diriku untukmu. Kamu tidak perlu repot-repot menjelaskannya. Kita berada di ambang batas teman juga kekasih. Begitu sudah cukup.
Aku tahu kamu tahu apa yang aku rasakan, kamu mungkin tahu aku tahu apa yang kamu rasakan. Tapi mari kita terus berpura-pura tidak tahu tentang perasaan kita. Dengan begini, aku tidak perlu takut kehilanganmu
0 komentar:
Posting Komentar
Syarat Berkomentar :
1. Berkomentar dengan bahasa yang Sopan
2. Berkomentar sesuai posting
3. Dilarang menyertakan link aktif, dsb