Aku tulis kata demi kata dalam keadaan tak menentu.
Aku tau semua keluh dan kesahmu dalam tulisan yang kau coba sampaikan.
Aku dapat melihatmu dalam gelap, dapat menyapamu dalam jauh, dan dapat
merasakan ada rasa yang tidak biasa. Tak biasa bukan berarti tidak bisa
karena kita jarang bertemu, karena mungkin adanya kita adalah takdir
untuk saling melengkapi.
Kita tidak
saling bicara, jarang menyapa, apalagi komunikasi. Tapi kita saling
menunggu, saling berharap agar suatu hari nanti bisa menikmati senja
bersama. Bersama memanjatkan doa dengan penuh syukur, karena sekarang
doa tidak hanya sekedar harap.
Hari
ini masih sama seperti hari-hari kemaren, begitu juga rasa ini yang
masih belum terganti. Masih ada satu nama yang aku simpan baik-baik,
satu nama yang nantinya akan aku tuju dan kembali untuk sebuah senyuman.
Hari ini hujan masih turun, membawa perasaan yang berbeda tentang arti
sebuah rindu ingin bertemu. Apakah rasa ini sampai juga padamu, apakah
hanya aku yang merasakan.
Aku sedang belajar, belajar menjadi seorang imam yang baik bagimu. Belajar menjadi
seorang pria yang pantas untuk bisa mendampingi hidupmu. Belajar untuk bisa menjadi pendengar yang baik, mendengarkan segala kisah yang ingin kau sampaikan.
seorang pria yang pantas untuk bisa mendampingi hidupmu. Belajar untuk bisa menjadi pendengar yang baik, mendengarkan segala kisah yang ingin kau sampaikan.
Maaf aku yang tidak bisa menghapus tetes air mata yang keluar dari sela-sela matamu.
Maafkan aku yang sekarang masih berusaha menjauh agar aku tetap fokus menggapai
mimpi dan tidak mengotori hatimu. Maafkan aku yang sekarang masih membuatmu
menimbulkan beribu tanya dan membuatmu ragu untuk tetap menunggu.
Maafkan aku yang sekarang masih berusaha menjauh agar aku tetap fokus menggapai
mimpi dan tidak mengotori hatimu. Maafkan aku yang sekarang masih membuatmu
menimbulkan beribu tanya dan membuatmu ragu untuk tetap menunggu.
Aku masih di sini, berjuang menjaga hati dan kepercayaan yang telah kau beri. Berjuang
mendapatkan apa-apa yang dulu pernah ada dalam visi dan sangat ingin aku wujudkan.
Terkadang ada rasa ingin menyerah dan menghadapi hidup dengan biasa, tapi hati ini
menantang untuk memberikan lebih. Pernah merasa sendiri, mernah merasakan hampir gila, pernah merasakan tugas yang tidak ada henti, pernah merasakan efek kopi berlebih, pernah percaya kalau aku tidak akan pernah mampu. Hanya membuang-buang waktu dengan semua kebodohan yang aku kerjakan.
Aku percaya semua ada harganya, termasuk sebuah mimpi yang sedang aku wujudkan. Ini bukan tentang AKU tapi tentang KITA. Kitayang masih saling menunggu untuk sebuah pertemuan, saling mengetahui isi hati tapi masih berhati-hati, berhati-hati agar tidak ada pihak yang tersakiti karena sebuah janji.
mendapatkan apa-apa yang dulu pernah ada dalam visi dan sangat ingin aku wujudkan.
Terkadang ada rasa ingin menyerah dan menghadapi hidup dengan biasa, tapi hati ini
menantang untuk memberikan lebih. Pernah merasa sendiri, mernah merasakan hampir gila, pernah merasakan tugas yang tidak ada henti, pernah merasakan efek kopi berlebih, pernah percaya kalau aku tidak akan pernah mampu. Hanya membuang-buang waktu dengan semua kebodohan yang aku kerjakan.
Aku percaya semua ada harganya, termasuk sebuah mimpi yang sedang aku wujudkan. Ini bukan tentang AKU tapi tentang KITA. Kitayang masih saling menunggu untuk sebuah pertemuan, saling mengetahui isi hati tapi masih berhati-hati, berhati-hati agar tidak ada pihak yang tersakiti karena sebuah janji.
Aku sudah tau, jika
menungguku membuatmu lelah dan memilih untuk menyerah. Ikhlasku
bersamamu, dan maaf telah membuang waktumu hanya untuk sekedar menunggu
pria ini. Pria yang akan merasa berdosa jika hidupmu tidak merasakan
bahagia. Pria biasa yang pernah menjatuhkan hati padamu dan berharap
bisa berada di hadapan ayahmu dan menjabat tangannya sambil menyebutkan
namamu.
0 komentar:
Posting Komentar
Syarat Berkomentar :
1. Berkomentar dengan bahasa yang Sopan
2. Berkomentar sesuai posting
3. Dilarang menyertakan link aktif, dsb